MaulanaZam. Diberdayakan oleh Blogger.

Bagaimana Blog ini menurut Anda ?

Popular Posts

me & wife

me & wife
me & wife

Labels

Jumat, 18 November 2011

Apakah Pejabat Mau Baca Ini ?

Sorotan publik tentang gaya hidup pejabat sampai detik ini belum juga surut. Publik menilai gaya hidup yang dilakukan oleh para pejabat tidaklah layak dan pantas manakala kehidupan rakyat masih dalam kemiskinan. Kepekaan pejabat dipertanyakan dan diuji apakah yang mereka tampilkan sesuai dengan kalayakan bermasyarakat?  Tentu saja dalam menjawabnya perlu kebijaksanaan, sehingga kita dapat berlaku dan berpikir dengan jernih dan adil.
Atas nama hak asasi manusia apa yang mereka lakukan tentu adalah alasan yang tepat bagi mereka untuk berlaku demikian.  Bukankah yang mereka lakukan adalah menikmati hasil dari jerih payah mereka sendiri? Apalagi tidak ada hukum dan Undang-undang yang mengatur tentang pembatasan gaya hidup. Dalam hal apapun Kita enggak bisa melarang orang untuk menikmati kekayaannya. Kalau anggota DPR pakai mobil Bentley punya sendiri, kita enggak bisa melarang. Kita hanya bisa bertanya, apakah pantas sebagai pejabat publik?
Pada zaman reformasi saat ini, setiap warga bebas mempertontonkan kekayaan hasil kerjanya. Hanya Negara sosialis saja yang bisa melarang-larang. Itulah mengapa para pejabat merasa berhak untuk melakukan gaya hidup yang mereka mau. Kini mereka merasa terusik karena kebebasan mereka seperti dipenggal dan dibatasi hanya karena sorotan publik.
Ketika isu ini digelinding menjadi bola api, tentu perkara ini tidak akan pernah habis-habisnya. Mengapa? sesungguhnya tentang gaya hidup yang mewah dari jaman dahulu sudah ada, dan sekarang bukanlah hal yang asing. Kalau sekarang hal ini menjadi ramai, bisa jadi publik melihat adanya tidak ada kearifan oleh pejabat dalam mempertontokan kemewahan, sementara ada rakyat yang mencari uang RP. 5000  sehari saja sangat sulit, ditambah lagi persoalan bangsa ini yang sudah overload. Publik menjadi gemas manakala korupsi tidak pernah hilang dari bumi Indonesia dan gaya hidup para pejabat dikhawatirkan menjadi pendorong bagi mereka untuk melakukan tindak korupsi. Sebagai pelampiasannya pejabat menjadi tempat yang pas untuk menumpahkan kekesalan dan kelelahan atas persoalan bangsa yang tidak pernah selesai.
Sebenarnya kita sebagai anak bangsa tidak perlu meramaikan persoalan ini, jika kita semua dalam kehidupan sehari-hari menjalankan tatanilai yang terkandung dalam Al-Qur’an. Sehingga energi kita dapat disalurkan kepada permasalahan lain yang membutuhkan perhatian kita semua.
Jika kita amati dan pahami isi kandungan Al-Qur’an diantaranya dijelaskan bagaimana seharusnya kita menjalankan gaya hidup. Seperti halnya Rasulullah dan para khalifah sebagai pemimpin negara memberikan teladan bagi kita semua untuk berlaku hidup sederhana. Bagi Tuhan sendiri bukanlah sebuah dosa jika manusia memiliki kekayaan atau emas sebesar gunung sekalipun. Hanya yang jadi persoalan adalah bagaimana mental manusia itu jika memiliki kekayaan sebanyak itu.
Dalam Al-Qur’an dijelaskan (QS. Al Hadiid 57 :20)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
Ayat diatas menjelaskan bahwa hakekatnya kehidupan ini hanya sementara sekaligus menawarkan kesenangan yang menipu. Apa yang kita miliki di dunia sebenarnya amat riskan untuk lepas atau hilang dari genggaman kita. Jadi tdak ada yang abadi di dunia. Kematian telah mengajarkan kepada manusia bagaimana harta dan kekayaan yang sudah diusahakan tidak akan pernah bisa dibawa mati. Namun demikian bukan berarti kita tidak perlu semangat untuk mencari kekayaan karena sesungguhnya kekayaan menjadi point positif dalam hidup kita jika kita gunakan untuk sarana ibadah. Yang menjadi masalah adalah jika kekayaan itu dijadikan sebagai gaya hidup untuk bermewah-mewahan. Sesuai dengan ayat diatas Allah menyorot sekaligus tidak menyukai orang yang bermegah-megahan dan bangga diri, karena perilaku seperti ini akan membuat manusia menjadi lalai, seperti yang dijelaskan dalam surat At Taakatsur 102 : 2 dan 8.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).
Ayat ini berlaku untuk semua umat manusia baik sikaya maupun si miskin. Karena sesungguhnya sikap bermegah-megahan tidak harus hidup dalam keadaan kaya raya. Orang miskin pun bisa bersikap bermegah-megahan.  Tentu sesuai dengan kehidupan sosialnya.  Allah Maha Mengetahui segala isi hati manusia mana kala terbersit dalam akal dan pikirannya untuk bersikap bermegah-megahan dan berbangga-banggaan. Orang yang menggunakan kaos oblong pun bisa bangga dan bersikap sombong, itu kaos oblong loh….apalagi yang lain.
Jadi kesimpulannya adalah hakekatnya bagaimana manusia mampu menjalankan kehidupannya sehari-hari sesuai ajaran Al-Qur’an. Para pejabat yang memiliki kekayaan dan kemewahan, ia akan rendah hati. Tidak ada masalah bagi mereka untuk memiliki itu semua asal dilakukan dengan cara-cara yang halal. Dengan kekayaannya mereka juga membantu orang banyak. Begitu juga dengan orang kebanyakan tetap harus menerapkan hidup yang sederhana tanpa berlaku bermewah-mewahan dalam hidupnya yang sederhana . Sehingga kita hidup dalam keadaan situasi yang selalu normal dan tenang. Semoga bangsa kita yang sedang diberikan bencana moral dapat lepas dari permasalahan ini menuju bangsa yang lebih bermartabat lagi.

0 komentar

Posting Komentar