Ditangan Jokowi dan Ahok, Jakarta terus berbenah dan mulai terasa
kemajuan-kemajuan yang sudah mereka lakukan. Tidak mudah memang
mengingat kebiasaan-kebiasaan warga Jakarta yang tidak disipilin dan
tertib. Namun perlahan-lahan masalah itu mulai teratasi dan terus akan
menjadi fokus mereka. Sebagai contoh waduk Pluit, bagaimana sebelumnya
pemprov DKI Jakarta sulit memindahkan warga yang tinggal dilokasi
tersebut agar tidak lagi menempati lokasi karena akan digunakan sebagai
sarana untuk mengatasi banjir. Melalui pendekatan dan metode yang baik
pada akhirnya lokasi tersebut yang tadinya kumuh dan penuh dengan
pemukiman warga setempat, kini berganti menjadi taman-taman yang indah.
Memang baru sekitar 10 persen yang dikerjakan, namun kita harapkan hal
ini terus ada perbaikan-perbaikan.
Contoh lain adalah seputar PKL (pedagang kaki lima) di area Tanah Abang.
Kita tahu betapa sulitnya mentertibkan kondisi tersebut karena sudah
bertahun-tahun ditangani tidak pernah tuntas-tuntas. Melalui tangan
Dingin Jokowi - Ahok masalah ini pelan-pelan dibenahi. Harus Kita akui
pembenahan dan pembangunan kota Jakarta menjadi kota yang modern tetapi
tidak meninggalkan unsur manusiawi dan alaminya tidaklah mudah. Dan ini
tantangan dan ujian yang berat bagi jokowi dan Ahok. Jika Mereka
berhasil, maka tinta emas akan menggoreskan nama mereka sebagai orang
yang telah berhasil membangun kota Jakarta.
Sebagai pusat pemerintahan, tentu Jakarta akan terus melakukan
pembangunan infrastruktur dan gedung-gedung serta fasilitas-faslitas
publik. Wajar memang, karena Jakarta sebagai simbol kemajuan negara
perlu menampilkan diri agar pantas disejajarkan dengan kota-kota yang
ada di dunia. Apalagi di era modern ini Infrastruktur dan fasilitas
modern menjadi ukuran apakah kota tersebut pantas disebut sebagai kota
metropolitan.
Namun demikian perlu kita ingatkan, bahwa kemajuan pembangunan di
Jakarta haruslah tetap dengan identitas kedaerahan. Jangan sampai
kehidupan modern merubah wajah kota jakarta yang identik dengan budaya
betawi menjadi hilang identitas kedaerahannya. Kita sarankan pembangunan
gedung dan fasilitas publik yang dilakukan di kota Jakarta perlu
melibatkan unsur-unsur budaya betawinya. Sehingga Jakarta berkembang
tidak hanya sebagai kota modern tetapi juga berkembang sebagai kota
budaya khususnya betawi.
Cara-cara seperti ini bisa juga dilakukan diberbagai daerah, dengan
demikian kita telah melakukan pembangunan fisik sekaligus pembangunan
budaya dan ciri khas daerah. Jika hal ini bisa diwujudkan maka kita
mampu menjaga kelestarian budaya-budaya yang ada di Indonesia.
0 komentar
Posting Komentar